Dalam mengatasi masalah polusi debu batubara membutuhkan perencanaan yang matang dan serius. Tanpa perencanaan yang baik, polusi akan sulit dikendalikan karena banyak sekali faktor yang terlibat dalam pembentukan debu. Karakteristik batubara, proses handling, kecepatan angin, proses pemecahan, kecepatan conveyor, proses penumpukan dan sebagainya sangat berpengaruh pada hasil pengendalian debu.
Polusi Debu dari Karakteristik Batubara
Setidaknya saat ini dikenal ada empat jenis batubara seperti:
- Lignit
- Sub-Bituminus
- Bituminus
- Antrasit
Batubara jenis Lignit memiliki usia pembentukan paling muda dengan kandungan energi paling rendah, sedangkan jenis Antrasit memiliki nilai kalori paling tinggi dan umur pembentukan yang paling tua. Pada umumnya semakin muda umur pembentukan batubara maka semakin lunak tekstur atau mudah untuk tergerus menjadi pecahan lebih kecil yang berpotensi menjadi partikel debu.
Kemudahan batubara untuk tergerus diukur dengan indeks HGI (Hardgrove Grindability Index), dimana semakin tinggi nilai HGI batubara maka teksturnya semakin lunak dan mudah untuk tergerus, demikian pula sebaliknya. Batubara yang mudah tergerus akan menghasilkan masalah polusi debu lebih tinggi karena partikel kecil batubara yang sangat ringan akan mudah beterbangan diudara saat proses penambangan, pemecahan, bahkan penumpukan batubara.
Polusi Debu dari Proses Handling Batubara
Proses penambangan, pemindahan, pemecahan , hingga penumpukan batubara pada stockpile berpotensi menimbulkan masalah polusi debu. Pemecahan batubara dengan alat crusher akan menghasilkan partikel halus yang akan beterbangan diudara menjadi debu, sedangkan proses penumpukan batubara pada stockpile juga akan menerbangkan partikel halus saat batubara jatuh bebas dari ujung chute conveyor. Partikel halus batubara ini dapat terbawa oleh angin dan melayang diudara dalam waktu yang lama. Debu yang terbawa angin dapat terhirup oleh para pekerja tambang hingga ke penduduk pemukiman sekitar tambang.
Cara Mengatasi Polusi Debu Batubara
Jika berbicara mengenai penanganan debu dari material organik dalam jumlah sangat besar seperti batubara, hampir dapat dipastikan tidak bisa hanya mengandalkan salah satu solusi saja. Bisa jadi diperlukan kombinasi dari beberapa solusi baik dari sisi pencegahan maupun penanggulangannya. Belum lagi pengaruh dari alam seperti angin dan kemarau, hal ini menambah kompleks penanganan polusi.
Setidaknya ada dua jenis solusi yang cukup umum dan ampuh digunakan dalam upaya mengendalikan polusi debu batubara, yaitu:
- Upaya Pencegahan (preventive action)
- Upaya Penanggulangan (corrective action)
Hal ini bukan berarti satu solusi lebih baik dari solusi lainnya, justru kedua solusi ini bisa digunakan secara bersamaan untuk mendapatkan hasil terbaik.
Upaya Pencegahan (Preventive Action)
Upaya pencegahan polusi debu dilakukan sebelum debu terbentuk diudara. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terbentuknya debu adalah dengan pemasangan Dust Suppression System (DSS). Sistem ini bekerja dengan cara menyemprotkan air atau bahan kimia additive ke permukaan batubara yang bertujuan agar partikel debu menjadi lebih berat dan menempel pada material utama yang lebih besar sehingga tidak mudah beterbangan diudara menjadi debu.
Sistem ini diyakini dapat menekan pembentukan debu secara signifikan hingga 75%, karena bekerja langsung ke material batubara. Penyemprotan batubara seperti ini tidak bisa dilakukan tanpa perhitungan, karena akan mengakibatkan timbulnya masalah baru seperti over wet atau meningkatnya kadar air (total moisture) batubara secara signifikan. Dibutuhkan sebuah sistem dan perencanaan yang baik agar batubara bisa terbasahi dengan cukup namun dapat menekan pembentukan debu.